
Mengapa DKI Jakarta Belum Terapkan Sistem Jalan Berbayar Elektronik (ERP)? Ini Alasan Lengkapnya
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak beberapa tahun terakhir telah merencanakan penerapan sistem jalan berbayar elektronik atau Electronic Road Pricing (ERP) sebagai salah satu solusi mengatasi kemacetan parah di ibu kota. Meskipun rencana ini sudah cukup lama digaungkan dan bahkan masuk dalam berbagai perencanaan transportasi kota, hingga kini implementasinya belum juga terealisasi. Lalu, apa sebenarnya alasan di balik belum diterapkannya sistem ERP di Jakarta?
1. Belum Rampungnya Regulasi dan Payung Hukum
Salah satu hambatan utama adalah belum rampungnya Peraturan Daerah (Perda) sebagai dasar hukum pelaksanaan ERP. Walaupun Rancangan Perda ERP sudah beberapa kali dibahas oleh DPRD DKI bersama Dinas Perhubungan, proses pembahasannya masih tertunda karena perbedaan pandangan, baik dari sisi teknis, tarif, maupun wilayah cakupan.
Tanpa dasar hukum yang kuat, Pemprov DKI tidak bisa melaksanakan lelang proyek atau menunjuk pihak ketiga untuk mengelola sistem ERP ini.
2. Masih Ada Penolakan dari Masyarakat
Sebagian warga Jakarta menilai bahwa penerapan ERP akan membebani masyarakat, terutama mereka yang setiap hari harus melewati jalan-jalan utama yang berpotensi dikenakan tarif. Banyak yang merasa, sebelum membayar jalan, pemerintah seharusnya memastikan dulu ketersediaan dan kenyamanan transportasi umum sebagai alternatif yang memadai.
Tanpa peningkatan signifikan pada layanan transportasi publik, ERP justru bisa dianggap sebagai bentuk pungutan baru, bukan solusi.
3. Tantangan Teknis dan Infrastruktur
ERP memerlukan sistem teknologi yang canggih, seperti kamera pengenal plat nomor otomatis (ANPR), sistem pembayaran digital real-time, dan server pusat untuk rajazeus pemantauan. Pemasangan perangkat-perangkat ini serta integrasinya dengan sistem lalu lintas eksisting memerlukan anggaran besar dan waktu yang tidak singkat.
Selain itu, belum semua ruas jalan yang direncanakan siap dari segi infrastruktur pendukungnya.
4. Perubahan Kepemimpinan dan Prioritas Pemerintah
Pergantian Gubernur dan pejabat di lingkungan Pemprov DKI juga turut memengaruhi kelanjutan proyek ERP. Tiap pemimpin memiliki prioritas pembangunan masing-masing. Beberapa menilai ERP bukan menjadi prioritas utama di tengah tuntutan lain seperti perbaikan drainase, pengendalian banjir, atau pembangunan sekolah dan fasilitas publik lainnya.
5. Isu Sosial dan Politik
ERP adalah kebijakan yang sensitif secara sosial dan politik. Penerapannya berisiko memunculkan ketidakpuasan publik jika tidak dikomunikasikan dengan baik. Dalam tahun-tahun politik seperti jelang Pilkada, kebijakan ini dianggap bisa menurunkan popularitas pemimpin jika dinilai merugikan masyarakat.
Baca Juga: Qatar Jadi Tuan Rumah Konferensi FAO Soal Krisis Pangan

Qatar Jadi Tuan Rumah Konferensi FAO Soal Krisis Pangan
Pada tahun 2025, dunia kembali menghadapi ancaman serius dalam bentuk krisis pangan global yang dipicu oleh konflik, perubahan iklim, dan ketimpangan distribusi sumber daya. Menyikapi situasi ini, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menggelar konferensi darurat di Doha, Qatar, yang dihadiri oleh puluhan negara, termasuk dua negara paling terdampak: Yaman dan Sudan.
Konferensi ini menjadi ajang penting untuk mencari solusi konkret dalam mencegah kelaparan massal dan memperkuat ketahanan pangan di kawasan rentan.
Mengapa Qatar Dipilih?
Qatar dipilih sebagai tuan rumah karena perannya yang semakin aktif dalam diplomasi kemanusiaan dan bantuan internasional. Negara kaya di Teluk ini telah menunjukkan komitmennya melalui investasi di sektor pertanian global, bantuan pangan ke negara-negara konflik, serta kerja sama erat dengan lembaga-lembaga PBB.
Selain itu, posisi geografis Qatar yang strategis antara Asia dan Afrika menjadikan negara ini tempat ideal untuk mempertemukan negara-negara terdampak dan donor potensial.
Sorotan Utama Konferensi
Konferensi FAO ini membahas beberapa isu penting:
1. Kelaparan di Yaman dan Sudan
Yaman dan Sudan menjadi dua negara yang paling disorot. Di Yaman, konflik berkepanjangan memperparah kondisi infrastruktur pangan, sementara di Sudan, ketidakstabilan politik dan ekonomi menyebabkan gagal panen dan distribusi bantuan yang tersendat.
2. Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan
FAO menekankan bahwa gelombang panas ekstrem, banjir, dan kekeringan mempercepat penurunan produksi pangan. Negara-negara peserta diminta menyusun strategi adaptasi jangka panjang melalui inovasi pertanian dan perlindungan lingkungan.
3. Dukungan Dana dan Teknologi
Qatar dan beberapa negara Teluk lainnya menjanjikan bantuan dana segar untuk proyek pangan darurat. Selain itu, negara-negara maju juga diminta berbagi teknologi pertanian cerdas, seperti irigasi efisien dan benih tahan cuaca ekstrem.
Pernyataan dari Negara Peserta
– Yaman
Delegasi Yaman menyampaikan raja zeus bahwa lebih dari 60% penduduk kini bergantung pada bantuan makanan. Mereka menyerukan agar blokade makanan dan bahan bakar dihentikan dan meminta dunia lebih aktif memberi bantuan kemanusiaan.
– Sudan
Wakil Sudan menegaskan bahwa negara mereka berada di titik nadir krisis pangan. Mereka memohon bantuan alat pertanian, infrastruktur irigasi, dan akses ke pasar pangan internasional.
Langkah-Langkah Konkret
Dalam konferensi ini, FAO mengusulkan sejumlah inisiatif penting:
-
Pembentukan Dana Darurat Pangan Global
-
Pusat Distribusi Bantuan Pangan di Timur Tengah dan Afrika
-
Kemitraan Inovasi Agrikultur antara Negara Maju dan Berkembang
-
Pelatihan dan Edukasi Petani Lokal di Wilayah Krisis
Peran Komunitas Internasional
Sekretaris Jenderal FAO menekankan bahwa krisis pangan bukan hanya masalah lokal, tetapi ancaman global yang berdampak pada stabilitas dunia. Keterlibatan negara-negara maju, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta sangat diperlukan dalam misi ini.
BACA JUGA: Berita Sepak Bola 2025: Fokus pada Timnas Indonesia dan Kualifikasi Piala Dunia

Berita Sepak Bola 2025: Fokus pada Timnas Indonesia dan Kualifikasi Piala Dunia
Sepak bola Indonesia memasuki babak baru pada awal tahun 2025 dengan penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala timnas pria. Mantan penyerang Belanda ini menggantikan Shin Tae-yong, yang dipecat karena dianggap kurang efektif dalam memimpin tim menuju kualifikasi Piala Dunia 2026 . Kluivert, yang sebelumnya bermain untuk klub-klub besar seperti Barcelona dan AC Milan, diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam strategi dan permainan timnas Indonesia.
Dalam upaya memperkuat tim, PSSI juga menunjuk Jordi Cruyff, mantan direktur olahraga Barcelona, sebagai penasihat teknis. Cruyff diharapkan dapat membantu dalam pengembangan filosofi permainan dan peningkatan kualitas tim secara keseluruhan . Dengan dukungan dari kedua figur penting ini, timnas Indonesia berharap dapat bersaing lebih kompetitif di level internasional.
Namun, tantangan besar dihadapi timnas Indonesia dalam kualifikasi Piala Dunia 2026. Pada pertandingan melawan Australia pada 20 Maret 2025, Indonesia mengalami kekalahan telak 5-1, yang membuat posisi mereka di Grup C semakin terancam. Meskipun sempat unggul melalui gol Ole Romeny, timnas Indonesia gagal mempertahankan momentum setelah kehilangan penalti di awal pertandingan .
Kekalahan tersebut menempatkan Indonesia di posisi keempat, tertinggal empat poin dari Australia yang berada di posisi kedua. Dengan tiga pertandingan tersisa, peluang rajazeus untuk lolos otomatis ke Piala Dunia semakin tipis. Pelatih Kluivert menekankan pentingnya persiapan matang dan mentalitas positif dalam menghadapi laga-laga berikutnya, termasuk pertandingan krusial melawan Bahrain .
Di sisi lain, timnas Indonesia U-17 berhasil mencatatkan prestasi gemilang dengan lolos ke Piala Dunia U-17 2025 di Qatar. Keberhasilan ini diraih setelah kemenangan 4-1 atas Yaman dalam lanjutan Piala Asia U-17 2025 di Arab Saudi, yang memastikan mereka melaju ke babak sistem gugur . Pemain-pemain muda ini menunjukkan potensi besar dan menjadi harapan baru bagi sepak bola Indonesia di masa depan.
Untuk meningkatkan pengalaman dan kualitas permainan, timnas Indonesia dijadwalkan akan menghadapi timnas Uzbekistan atau Malaysia dalam pertandingan persahabatan pada September 2025. Rencana ini bertujuan untuk mempersiapkan tim menghadapi laga-laga penting dalam kualifikasi Piala Dunia dan mempererat hubungan sepak bola antarnegara di kawasan Asia .
Secara keseluruhan, tahun 2025 menjadi tahun yang penuh tantangan dan peluang bagi sepak bola Indonesia. Dengan kepemimpinan baru di timnas senior dan prestasi gemilang dari timnas U-17, harapan untuk melihat Indonesia tampil lebih kompetitif di pentas dunia semakin besar. Dukungan dari seluruh elemen sepak bola Indonesia sangat diperlukan untuk mewujudkan impian ini.
Baca Juga : Kecelakaan Lalu Lintas Meningkat, Penanganan dan Pencegahan Diperlukan