
Qatar Jadi Tuan Rumah Konferensi FAO Soal Krisis Pangan
Pada tahun 2025, dunia kembali menghadapi ancaman serius dalam bentuk krisis pangan global yang dipicu oleh konflik, perubahan iklim, dan ketimpangan distribusi sumber daya. Menyikapi situasi ini, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menggelar konferensi darurat di Doha, Qatar, yang dihadiri oleh puluhan negara, termasuk dua negara paling terdampak: Yaman dan Sudan.
Konferensi ini menjadi ajang penting untuk mencari solusi konkret dalam mencegah kelaparan massal dan memperkuat ketahanan pangan di kawasan rentan.
Mengapa Qatar Dipilih?
Qatar dipilih sebagai tuan rumah karena perannya yang semakin aktif dalam diplomasi kemanusiaan dan bantuan internasional. Negara kaya di Teluk ini telah menunjukkan komitmennya melalui investasi di sektor pertanian global, bantuan pangan ke negara-negara konflik, serta kerja sama erat dengan lembaga-lembaga PBB.
Selain itu, posisi geografis Qatar yang strategis antara Asia dan Afrika menjadikan negara ini tempat ideal untuk mempertemukan negara-negara terdampak dan donor potensial.
Sorotan Utama Konferensi
Konferensi FAO ini membahas beberapa isu penting:
1. Kelaparan di Yaman dan Sudan
Yaman dan Sudan menjadi dua negara yang paling disorot. Di Yaman, konflik berkepanjangan memperparah kondisi infrastruktur pangan, sementara di Sudan, ketidakstabilan politik dan ekonomi menyebabkan gagal panen dan distribusi bantuan yang tersendat.
2. Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan
FAO menekankan bahwa gelombang panas ekstrem, banjir, dan kekeringan mempercepat penurunan produksi pangan. Negara-negara peserta diminta menyusun strategi adaptasi jangka panjang melalui inovasi pertanian dan perlindungan lingkungan.
3. Dukungan Dana dan Teknologi
Qatar dan beberapa negara Teluk lainnya menjanjikan bantuan dana segar untuk proyek pangan darurat. Selain itu, negara-negara maju juga diminta berbagi teknologi pertanian cerdas, seperti irigasi efisien dan benih tahan cuaca ekstrem.
Pernyataan dari Negara Peserta
– Yaman
Delegasi Yaman menyampaikan raja zeus bahwa lebih dari 60% penduduk kini bergantung pada bantuan makanan. Mereka menyerukan agar blokade makanan dan bahan bakar dihentikan dan meminta dunia lebih aktif memberi bantuan kemanusiaan.
– Sudan
Wakil Sudan menegaskan bahwa negara mereka berada di titik nadir krisis pangan. Mereka memohon bantuan alat pertanian, infrastruktur irigasi, dan akses ke pasar pangan internasional.
Langkah-Langkah Konkret
Dalam konferensi ini, FAO mengusulkan sejumlah inisiatif penting:
-
Pembentukan Dana Darurat Pangan Global
-
Pusat Distribusi Bantuan Pangan di Timur Tengah dan Afrika
-
Kemitraan Inovasi Agrikultur antara Negara Maju dan Berkembang
-
Pelatihan dan Edukasi Petani Lokal di Wilayah Krisis
Peran Komunitas Internasional
Sekretaris Jenderal FAO menekankan bahwa krisis pangan bukan hanya masalah lokal, tetapi ancaman global yang berdampak pada stabilitas dunia. Keterlibatan negara-negara maju, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta sangat diperlukan dalam misi ini.
BACA JUGA: Berita Sepak Bola 2025: Fokus pada Timnas Indonesia dan Kualifikasi Piala Dunia