
Israel Putuskan Serang Iran Lagi, Gencatan Senjata Trump Cuma Drama?
Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah Israel dilaporkan memutuskan untuk melancarkan serangan baru ke wilayah Iran. Keputusan ini sontak mengguncang komunitas internasional, terutama setelah sebelumnya sempat beredar kabar mengenai gencatan senjata yang difasilitasi oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Kini, banyak yang mempertanyakan: apakah gencatan senjata itu hanya sebatas sandiwara diplomatik?
Latar Belakang Ketegangan
Hubungan antara Israel dan Iran memang telah lama dibayangi permusuhan. Israel menganggap slot server jepang program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial, sementara Iran terus menyuarakan retorika keras terhadap keberadaan negara Yahudi tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, konflik ini semakin meluas melalui perang proksi di Suriah, Lebanon, dan Yaman.
Beberapa pekan terakhir, ketegangan meningkat akibat serangan rudal ke wilayah Israel yang diduga dilakukan oleh milisi yang didukung Iran. Sebagai balasan, Israel melakukan serangan balik terbatas. Namun, serangan terbaru ini menunjukkan eskalasi yang jauh lebih serius, menyasar infrastruktur militer strategis di dalam wilayah Iran.
Gencatan Senjata yang Dipertanyakan
Sebelum insiden ini, sempat muncul pernyataan dari Donald Trump—yang kini kembali aktif di kancah politik luar negeri—mengklaim telah memediasi upaya gencatan senjata antara kedua pihak. Banyak pihak internasional menyambut positif kabar tersebut, berharap itu menjadi awal dari deeskalasi konflik.
Namun, dengan pecahnya kembali serangan, publik internasional mulai skeptis. Beberapa analis menilai bahwa deklarasi gencatan senjata tersebut hanyalah “drama politik” yang tidak memiliki implementasi nyata di lapangan. Pasalnya, tidak pernah ada kesepakatan tertulis atau langkah konkret yang dilakukan untuk menjamin perdamaian.
Reaksi Internasional
PBB dan negara-negara besar seperti Rusia, Tiongkok, dan negara-negara Uni Eropa menyuarakan keprihatinan mendalam atas perkembangan terbaru ini. Mereka mendesak kedua pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan. Sementara itu, Amerika Serikat sendiri tampak membagi fokus antara mendukung sekutunya, Israel, dan menjaga hubungan yang pragmatis dengan negara-negara Teluk.
Langkah Israel menyerang Iran kembali memperlihatkan betapa rapuhnya stabilitas di kawasan Timur Tengah. Ketika diplomasi hanya dijadikan panggung pertunjukan politik, seperti yang diduga terjadi pada gencatan senjata versi Trump, maka kekerasan selalu menjadi pilihan yang kembali diambil. Dunia kini menunggu: apakah ini akan memicu perang skala penuh, atau justru menjadi momentum bagi dunia internasional untuk bertindak lebih tegas demi perdamaian.
Baca Juga: Mengejutkan Dibalik Serangan Iran ke Israel: Geopolitik dan Ambisi yang Tersembunyi